Pergi Untuk Tak Kembali

Assalamualaikum Wr. Wb.

    Boleh kah aku tertawa. Ternyata benar kata orang, sia-sia. Menanti selama lima tahun juga tak kunjung ada jawab. Penantian tanpa jeda dibalas rasa tak terungkap. Sebuah hati melayang-layang tanpa arah kini berhenti segera. Terbang tanpa tujuan, tinggi tak terkira, jatuh menukik tanpa sesal. Berenang-renang di lautan harapan berakhir tenggalam di dasar keputusasaan.

    Terbiasa menikmati malam ditemani taburan cahaya. Sudah tak butuh lagi teman, sudah ada bintang juga bulan. Bintang memancarkan sinarnya dengan begitu membara. Bulan memantulkan cahaya dari matahari juga tak kalah semangat. Bersama beriringan membuat indah panorama malam. Bekerja sama saling menguatkan tanpa penat. Sebenarnya aku juga ingin seperti mereka yang menguatkan, menyemangati, juga membuat hidup mejadi lebih indah.

    Keinginan untuk menua bersama juga aku sudah tak butuh. Sudah kubuang tak terpandang hingga jauh. Tak ada perasaan seperti dulu hingga membelengguh. Tidak terkekang oleh perasaan membunuh. Sudah kuat aku terbiasa dengan harap kemudian jatuh. Terbayang akan penantian dengan hasil indah nyatanya sakitnya merasuki tubuh. Sakit tersayat menunggu jawaban yang tak mengerti tiba untuk membuat luruh. Nyatanya harus kubuang semua harap untuk sebuah kedatangan yang sungguh. Jangan kau khawatirkan akan rindu, pergi aku dengan rasa angkuh.

    Tangga menuju keabadian mulai terbentang lapang. Berputar kesana kemari jiwaku terombang-ambing. Terbawa melayang terbang oleh beliung. Berjalan perlahan ke atas langkah demi langkah tenang. Ternyata hidup kita memang tak terhubung dalam satu benang. Kita hanya bertemu sekali di jalan bersimpang. Teringat kala aku berbincang denganmu di suatu siang. Berbicara hingga akhir kepergianmu lalu hilang. Jiwa menunggu dengan resah untuk sebuah kedatangan hingga tergantung. Tergeraklah dari hati yang terdalam untuk memutuskan pergi dari penantian tak berujung. Tidak ada penyesalan akan rasa hilang. Sudah pergi terbang bersama kumpulan kenang. Ditemani indahnya gemerlap cahaya kunang-kunang. Tetap istimewa, hanya saja tak ada tempat untuk berpulang.


Sumber: Pinterst


    Terima kasih sudah menjadi bunga mawar di persimpangan sebagai penghias perjalanan. Ingin ku memetikmu tapi berakhir menyakitkan. Sebuah luka kubuat sendiri karena jatuh cinta pada sebuah keindahan. Warna merah merona membuat ku tertegun. Berusaha menunggu tak henti tanpa sadar daun terakhir jatuh pertanda berakhirnya sebuah kehidupan. Berpisah aku dengan mu dalam sebuah kenangan. Ingin bertemu di dunia selanjutnya walau hanya dalam angan. Tersenyumlah aku bersama kenang yang ikut mengiringi kepergian.

    Jagalah dirimu baik-baik meski ku tahu kamu tak dengar juga peduli. Kuharap selepas kepergianku tak ada yang kau sesali. Tak bisa aku berkata banyak untuk sebuah perpisahan meski cuma sekali. Tertawa aku dalam hati menyadari menetesnya air mata karena terlalu melankoli.

     Dah.

Thanks for Visit..
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Comments