Saya Pamit

Assalamualaikum Wr. Wb.

    "Udah ya, aku pamit. Kan sudah ada dia. Aku sudah tidak dibutuhkan lagi kan? Tidak usah dijawab, aku sudah tahu apa jawabannya. Aku akan merindukan saat-saat kita bersama dulu. Perjuanganku sudah sampai sini saja. Berjuang sendiri itu sulit. Melupakanmu juga akan sulit. Jadi, aku akan memulainya lebih awal. Sudah cukup kebodohan ini".

    Perjalanan ini akhirnya berakhir sudah. Ohhh lapang sekali rasanya dada ini. Sesak di dada seketika hilang. Sebagai gantinya, hati ini yang remuk. Keputusan untuk pergi memang berat. Tapi, toh dia juga tak berat untuk merelakan aku pergi. Terima kasih telah memberikan aku secercah harapan. Harapan? Sepertinya tidak ada meskipun kecil. Karena pada dasarnya diriku saja yang halu.

    Pergi aku. Jangan kejar. Abaikan. Tenyata kau memang mengbaikan. Kau sudah bersamanya kan? Bersama dengan seseorang yang aku tidak bisa menjadi. Bersama dengan seseorang yang sering kali kau ceritakan padaku. Tak kenal waktu kau bercerita. Aku mendengar tak mendengar. Hanya terkadang memberikan jawaban bergumam seakan tanda mengerti. Agar kau puas. Saat pertanyaan terlontarkan, aku hanya menjawab sekenanya.

    Arrggghhh.. 


Sumber: Pinterst

    Setidaknya jangan terlalu jujur untuk melihatku pergi begitu saja. Cegah, atau bagaimana, apa saja deh seakan-akan kamu masih butuh diriku. Ternyata tidak. Kamu jujur. Kamu sudah tidak butuh. Karena memang dirimu tak jago untuk berbohong sepertiku. Berbohong mengatakan kalau tak cinta. Berbohong akan kuat selepas pergi dengan jalan masing-masing.

    Sekarang aku merana. Tak tahu harus apa. Mungkin sedang menyesali keputusan yang kubuat sendiri. 

    Begini ya rasanya sendiri. Dulu sih sempat merasa seperti ini lama sekali. Sejak kedatangannya aku tahu apa itu bersama. Apa itu selain sendiri. Dia datang menyelamatkan kini membuat terpuruk.

    Sakit sih, tapi suatu saat juga pasti akan sembuh. Memang tidak cepat. Ya.. Nikmati saja prosesnya.

Thanks for Visit..
Wassalamuakum Wr. Wb.

Comments