Pengakuan Rasa

Assalamualaikum Wr. Wb.

    Dari awal aku memang tak pandai berkata. Aku bukan perangkai kata indah seperti sajak atau apapun itu yang mampu memabukan si pembaca. Aku hanya seorang penikmat kata dari mereka sang perangkai kata. Ada begitu banyak orang-orang berbakat diluar sana. Mereka mampu membentuk kalimat indah hanya dengan sejenak memejamkan mata. Aku ingin seperti mereka. Mereka yang dengan mudahnya mengatakan apapun di benaknya.

    Sebenarnya, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Bukan sesuatu yang indah, hanya sebatas rasa ku pada mu. Rasa seperti orang-orang miliki teruntuk penguni hati nomor satu. Tetesan embun cinta berkumpul satu padu membentuk luapan rindu kala tak bertemu. Siksa batin yang menjalar perlahan memenuhi ruang hati dan tumbuh. Kala saat waktunya akan tiba dimana aku akan menuai sesuatu. Untuk sekarang, aku sendiri belum tahu buah apa itu. Apakah akan manis bagai senyum dan tawa renyah mu. Ataukah pahit seperti getirnya kisah-kisahku terdahulu yang sempat membuat ku jatuh.

    Aku butuh engkau mengisi relung hati. Bukan hanya sebagai pengisi sesaat kemudian menjauh perlahan tapi pasti lalu pergi. Sudah kesekian kali aku merasakan sakitnya di tikam perih. Tak mau lagi, aku ingin kau untuk terakhir kali. Jangan ada kata kita atau kami yang lain setelah ini. Memang benar belum lama kita saling mengenal diri. Mari kita mencari lebih dan kurang satu dan yang lain. Layaknya potongan puzzle, bersama kita bisa saling melengkapi. Seperti jari jemari saat mengaitkan antara tangan kanan dan kiri.


Sumber: Pinterst.com/


    Silahkan duduk disampingku, percalah paling enak bercerita di waktu sore. Tak perlu berdekatan, begini saja sudah hangat dengan diisinya kekosongan oleh dua gelas wedang jahe. Berkeliling mata ku melihat keadaan sekitar, tak ada orang lain selain kita berdua, duduk ditengah kumpulan pasir dengan di sajikannya hamparan air di depan, ditemani angin menggoyangkan pepohonan ikut meramaikan sekitar seperti berada di suatu tempat bernama oasis atau oase.

    Kau bercerita, aku juga tak mau kalah. Ada canda dari setiap cerita, ada sesuatu yang manis juga yang ikut bersanding dengan tawa. Senyummu itu, aku akan merindukannya saat tak jumpa. Tetaplah seperti ini sedikit lebih lama. Aku suka.

    Tak terasa waktu sore sudah berganti waktu. Banyak kisah kudengar darimu, menarik tetapi juga haru. Ternyata kau mengalami hal sama seperti ku, berulang kali menjalin, membangun, kemudian dihancurkan oleh rasa yang sempat tumbuh. Kukatakan padamu, cukup sudah kisah duka yang kau derita, sudah cukup membuat hati penuh. Kesengsaran itu sudah seharusnya segara di bunuh.

    Jadi, maukah menjalin sesuatu hal yang baru bersamaku? Untuk kisah yang ini, mari jadikan suatu hal yang kita tanam, jaga, pupuk hingga entah akan menjadi apa selepas tumbuh. Tidak perlu kau jawab dengan tergesa, karena pada dasarnya ini hanya tentang rasa yang tak bisa dipaksa. Aku juga tak mau memaksakan perasaan mu hanya karena mendengar apa yang ku ucap. Jangan dipikir terlalu kalut hingga tak membuat tidur jadi lelap.

    Inti dari semua ini hanya aku ingin aku dan kamu bersama. Tidak hanya di masa remaja, tapi juga menua, hingga ajal memisah. Aku ingin melihat senyum seorang yang kucinta kala bangun tidur selepas penat dari bekerja. Menghabiskan waktu dari siang hingga sore dengan bertukar kabar. Pertemuan kembali ketika malam dengan langit bertabur cahaya.

   Terima kasih sudah mendengar semua kalimat yang kusampaikan tadi. Tidak seberapa, tapi setidaknya cukup untuk menumpahkan isi hati. Tolong jangan dibandingkan dengan kata-kata perangkai yang banyak orang kagumi.

    Selepas perpisahan kita ini kuharap ada pertemuan kembali, juga bersama jawaban yang kau beri. Hati-hati dijalan kembali. Akan ada banyak hati yang sedang mencari tempat untuk berlabuh lalu pergi. Meninggalkan kenang melukai hati tiada henti.

Thanks for Visit..
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Comments