Rasakan dulu. Lalu bicara. Bisa?

Assalamualaikum Wr. Wb.

    Bukan sudah tak bisa berkata. Bukan karena lelah berkata. Bukan karena jenuh untuk merangkai kata. Hanya saja, sesuatu seperti ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Jika mudah, mungkin itu hanya di ucap. Tetapi kau tak akan dapat rasa apa yang selepas membacanya. Untuk membuat kata yang dapat menciptakan dan menyampaikan sebuah rasa, kau harus merasakan terlebih dulu. Tanpa mengalami nya sendiri, saat kau membacanya berulang-ulang mungkin terdengar aneh. Tetapi berbeda cerita jika kau memang pernah berada di posisi itu.

    Mungkin dirimu tak pernah tahu ini. Jika kalian tahu serial anime Naruto, disitu juga membahas kau harus merasakan apa yang aku rasakan. Jika belum, kau tak akan pernah tahu apa yang ku rasakan. Naruto yang kehilangan orangtuanya sejak baru dilahirkan dan Sasuke yang kehilangan orang tua saat berusia tujuh tahun. Kau tak bisa mengatakannya sama, dari yang sejak awal tak memiliki ikatan dengan yang pernah memilikinya lalu putus. Saat Naruto berusia 16 tahun, barulah ia paham bagaimana rasanya putusnya sebuah ikatan. Ia bisa merasakannya saat gurunya (Jiraiya) tewas, dan mengerti apa yang di rasakan Sasuke sejak itu.

Foto dari Pinterest.com
Akun : Daniel Ribeiro


    Itu hanya sebuah contoh. Perasaan itu benar membingungkan, dan jangan bermain dengannya. Itu berbahaya.

Thanks for Visit...
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Comments