Aku Pamit, dengan Bangga

Assalamualaikum Wr. Wb.

    Aku ingin berbicara denganmu.

    Kumohon duduk dekat denganku. Sebentar saja, hanya untuk berpamitan. Aku mau bicara semua keluh kesah ku setelah menahan ini semua. Setelah semua yang kita alami bersama. Kata-kata indah yang kusimpan juga tak lupa akan kukatakan selepas kepergianku nanti. Kau bisa membacanya di sosial mediaku jika kau ingin. Tapi ingatlah, mungkin mereka akan menjadi kata tak bertuan. Tanpa tahu teruntuk siapa kata tersebut. Mungkin aku akan meninggalkan beberapa clue seperti pesan yang sudah kusampaikan sebelumnya. Itu juga jika kau mau, tidak juga tak apa. Pada dasarnya mereka tercipta hanya untuk dikatakan, dirasakan, dilupakan, kemudian hilang tanpa jejak.

    Aku ingin bertanya padamu.

    Bagaimana kabarmu sekarang? Apakah baik-baik saja? Akankah kau akan rindu setelah ini? Mungkin rindunya tidak sekarang, mungkin saja setelah beberapa tahun, akankah itu? Jika kau rindu padaku setelah ini entah kapan, aku akan menghargai itu. Karena rindu hadir karena adanya rasa kehilangan akan sesuatu. Seperti aku yang rindu karena kehilangan seseorang yang pantas dirindukan? Aneh bukan? Sepertinya iya.

    Kalau kau tanya padaku bagaimana denganku, aku akan menjawab dengan cepat. Selepas perbincangan kita ini aku juga pasti akan rindu padamu. Tak butuh waktu lama hingga bertahun-tahun. Karena dulu saat aku jatuh cinta padamu juga aku tak butuh waktu lama. Hanya saja otakku sedikit lama berpikir. Wajahmu tidak membuatku cepat bosan ketika menatapmu. Tetapi mudah untuk dirindukan. Ingin aku menatap dengan lekat saat itu. Tapi aku sadar dengan keadaan saat itu. Sekali saja melihat sudah membuatku nagih untuk tetap melihatmu. Sakau aku jadinya.

    Aku ingin mengatakan sesuatu untukmu.

    Hmmmm. Aku ingin kau mendengarkannya dengan baik-baik. Setelah sekian lama aku menyukaimu sejak pertemuan pertama aku melihatmu, sehari setalah hari itu mataku selalu mencari-cari keberadaanmu. Di setiap kesempatan pasti aku akan mencuri-curi pandang wajahmu. Manis. Imut. Senyum sendiri aku saat melihatmu. Mataku haus akan kehadiranmu. Apalagi saat dirimu senyum, uhhhhh rasanya menyejukkan sekali. Hahahaha.... terlalu hiperbola yah sepertinya. Tapi itu benar adanya.

    Huffffttt. Tapi kamu tenang saja. Aku tak akan melakukannya lagi. Bukan tak melakukan, hanya saja tidak sesering dulu. Aku akan pergi setelah perbincangan ini. Bukan pergi jauh hanya kembali ke tempat dimana aku seharusnya. Kalau kamu mencariku, kamu tahu dimana harus mencari. Meski itu tak akan pernah terjadi, setidaknya aku mengatakannya untuk berjaga-jaga saja. Tapi lebih seperti terlalu over percaya diri sih. Hahaha... receh sekali diriku ini. Aku akan coba berhenti untuk melihatmu, se-bisaku.

    Akankah kamu berbicara denganku?

    Setelah keheningan selama ini. Setelah semua sunyi yang kita ciptakan. Maaf, aku lupa kalau tak ada kata kita antara kau dan aku. Bahasa yang menyedihkan itu. Muak sekali diriku dengannya. Aku hanya berpikir, sampai saat aku akan pergi apa dirimu tetap tak akan berbicara padaku. Barangkali kau mau mengatakan tentang rasa yang kau rasakan setelah semuanya terjadi, seperti yang kukatakan padamu (lewat tulisan ini dan media sosialku). Apa kau juga merasakan hal sama seperti yang kurasakan? Sepertinya tidak, harusnya aku tahu itu. Sungguh menyedihkan.

Foto dari duitang.com

    Setelah semua perbincangan di atas. Aku ingin memberitahumu kalau aku pergi dengan bangga. Melepaskan dengan senyum. Menghapus sesuatu yang memang kehadiran sudah tidak sejak dulu. Hanya sebuah bayang-bayang.

    Aku pergi menjauh dengan membawa semua rasa ini, lalu aku buang jauh-jauh. Tak akan mungkin aku menyimpannya, yang ada makin menyesakkan dada. Tak kuat aku menyimpannya lagi. Toh dirimu juga sudah tahu apa yang kurasakan. Tak ada juga gunanya aku terus menyimpan.

    Sudah ya, tak ada lagi kan yang perlu dibicarakan. Toh dirimu juga tak akan bicara. Aku juga masih sibuk, butuh banyak waktu untukku menata diri kembali setelah apa yang telah berlalu. Sudah tak ada lagi rasa seperti dulu. Rasa rindu dulu yang menggebu-gebu itu perlahan berhenti. Perlahan menghilang, hanya meninggalkan sisa-sisa rasa yang dulu menyiksa yang kini pelan-pelan menenangkan jiwa.

    Aku pamit dengan bangga.
    Terima kasih untuk semuanya.

_________________________________
    Pesan-pesan yang tak berfaedah.
    Dibaca gakpapa, gak dibaca nanti penasaran loh. Hahaha...

    Kita: impian saya saja, dia? tidak akan pernah punya impian sepertiku. Miris bukan? Bukan. Sayanya saja yang yang terlalu menyedihkan T.T

    Kata-kata receh. Kata-kata menjijikkan di atas. Tolong pengertiannya untuk tidak menirunya di rumah tanpa diawasi oleh seorang profesional yah. Karena sangat membahayakan kalau di coba-coba.

    Jujur, aku mau muntah rasanya waktu bicara soal rindu seperti ini kalau memang sedang tidak merasakan rindu. Tapi aku memang sedang sedikit merasakan rindu, karena itu hanya mau muntah gak sampai muntah. Rasanya juga menggelikan dan cukup membuat bergidik ngeri. Membacanya saja juga sudah membuatku ihhhh hingga tak bisa diungkapkan dengan dengan kata-kata, biar ekspresiku saja yang menjelaskan. Karena rahasia. Hahahaha... Menggelikan sekali, meski tak digelitik.

Thanks For Visit...
Jangan bosan-bosan membaca disini ya. Nanti sepi. Seperti hati. Ohhhhhhhh....

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Comments