Kisah ini: Kisahku tentang -mu dan Dia.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Sudah berapa kali kalian jatuh cinta?
Sudah berapa kali kalian merasa nyaman dengan seseorang?
Sudah berapa kali kalian merindukan seseorang yang kalian cintai diam-diam?
Sudah berapa kali kalian jatuh sakit karenanya?

    Kalau kalian tanya padaku, aku akan menjawab dengan cepat, pasti dan tepat. "Berulang kali". Tapi betapa bodohnya aku, masih saja tak kapok karenanya. Disisi satu itu memang baik, karena itu mengajarkan kepadaku untuk tak mudah menyerah. Disisi satu lagi, aku merasa sakit teramat sangat. Sakit yang berulang, lagi, lagi, dan lagi, dan masih banyak lagi yang lain.

    Dalam kisahku. Cinta disini bukan dalam hal cinta yang bermulai dari rasa suka, sayang, cinta, pacaran, bahagia, disakiti, kecewa, bertahan, sakit, putus, menangis, putus asa, sakit lagi, makan tak enak, tidur tak nyenyak, sakit lagi karena melihat dia dengan kekasih yang baru, berusaha move on, masih terbayang ingatan tentang mantan, gagal move on, moncoba move on kembali, dan kemudian berhasil move on. Lalu tiba-tiba kamu merasakan itu kembali. Mulai dari kalimat ke-dua kata ke-sepuluh.

    Apa perlu aku ketik lagi atau mungkin copy kemudian aku paste disini? Baik, akan aku buat versi lebih enak dilihatnya.  Cinta disini bukan dalam hal cinta yang bermulai dari:
- Rasa suka,
- Sayang,
- Cinta,
- Pacaran,
- Bahagia,
- Disakiti,
- Kecewa,
- Bertahan,
- Sakit,
- Putus,
- Menangis,
- Putus asa,
- Sakit lagi,
- Makan tak enak,
- Tidur tak nyenyak,
- Sakit lagi karena melihat dia dengan kekasih yang baru,
- Berusaha move on,
- Masih terbayang ingatan tentang mantan,
- Gagal move on,
- Moncoba move on kembali,
- Dan kemudian berhasil move on.
- Lalu tiba-tiba kamu merasakan itu kembali.

    Untuk kisahku bukan seperti diatas, melainkan cinta yang seperti tidak ada yang tahu selain dirimu. Atau mungkin teman terdekat alias sahabat, juga telah tahu karena kau beritahu, mungkin. 

    Yup, cinta diam-diam.

    Yang sakitnya membuat orang seakan-akan tak bersuara. Patah hati yang hanya kita yang tahu. Tanpa bisa mengatakan, "coba kamu pikir sendiri, dasar gak peka". Memang menyimpan sebuah rasa memang sulit, tapi membuat hati kita sendiri tetap tegar itu lebih sulit. Karena pada dasarnya menyimpan "rasa ini" tanpa ada yang tahu juga merupakan beban tersendiri.

    Aku merupakan salah satu dari sekian banyak orang, atau minoritas dari kelompok mayoritas yang mempunyai masalah tentang hal ini. Tak bisa mengungkapkan. Tetap merahasiakan. Terlalu takut. Resiko yang terlalu besar. Atau yang lain sebagainya, mungkin kau (yang merupakan bagian dari minoritas) bisa ikut menyebutkannya.

    Cinta diam-diam. Cinta terpendam. Cinta... entahlah ada berapa lagi jenis cinta yang bahkan aku tidak tahu. Aku tak mau belajar banyak tentang cinta. Terlalu menyakitkan jika harus mengingat apa yang terjadi karena terlalu banyak bermain dengannya.

    Cinta memang menyakitkan kalau kita tidak dapat menyampaikannya kepada orang yang kita cintai. Atau mungkin kita telah mencintai orang yang salah hingga kita dibuat oleh cinta menjadi tidak karuan. Mungkin ada kasus lain yang menggunakan cinta dengan cara yang salah. Karena memang tidak semua cinta berakhir menyakitkan.

    Tapi, jika kita menggunakan cinta dengan benar, menjadikan cinta sebagai motivasi untuk berubah atau kita telah menemukannya seorang yang tepat untuk dicintai, cinta tak lagi menyakitkan. Tapi cinta bisa membuat hidup menjadi lebih indah. Terlebih lagi dengan seseorang yang setia dan juga mau melakukan hal yang sama seperti kita kepadanya. Saling mencintai. Saling melengkapi. Saling mengisi. Saling jatuh dan cinta.
Dari: galeri saya sendiri.

    Ohh... kenapa hati ini sakit saat membaca paragraf diatas. Mungkin ini iri, karena saya (kaum minoritas) masih belum mendapatkan hal yang diidamkan, dan terlukis indah di paragraf itu.

    Jangan pernah kalian berpikir bahwa saya tidak pernah mengatakan perasaan seperti ini. Atau ada yang berpikir kalau saya harus mengatakannya kepada seseorang yang telah mengisi hati ini diam-diam.

    Aku pernah mengatakannya. Pada "dia". Seseorang yang sempat hadir. Sempat bertahta, mungkin kata itu terlalu berlebihan untuk sebuah perbincangan seperti ini. Dia yang pernah hadir, pernah dekat, pernah dirindukan, pernah menjadi sebuah notifikasi yang paling ditunggu, pernah selalu menjadi alasan kita untuk berubah atau apapun itu agar kita bisa dekat dengannya, atau hanya sekedar memandangnya.

    Setelah rasa ini berhasil terungkap, nyatanya rasa ini harus sirna. Tak ada lagi impian yang sempat terpikir. Impian saat apa yang akan kita lakukan bersamanya. Itu sudah tidak ada lagi. Impian itu sudah tergantikan oleh sakit yang amat meski tak membuatku putus asa hingga menghancurkanku. Sakitnya penolakan membuatku tahu, bahwa sendiri dan menunggu tanpa mengatakannya merupakan jalan terbaik. Biar saja rasa tetap tersimpan, setidaknya impian itu tetap hidup, meski harus berakhir sebagai khayalan. Biar khayalan itu hilang seiring perasaan yang mungkin suatu saat akan memudar. Mungkin.
    
    Nyatanya, aku bisa melupakannya. Dia. Dirinya yang saat itu menolak, sudah tak berarti lagi bagiku. Meski dulu begitu membuatku tak karuan hanya karena sekedar memikirkannya. Sekarang tak lagi.

    Lebih gilanya, aku kembali mencintai seseorang yang pernah kucintai. Maafkan aku. Aku terlalu bodoh untuk berpaling darimu. Berpaling untuk mendapatkan sebuah luka, yang membuatku sadar. Bahwa aku memang mencintaimu, bukan dia.

    Aku tak tahu. Bagaimana dirimu bisa nyaman dan terus bersemayam di hati kecil yang penuh luka ini. Sudah berapa lama, mungkin jika dihitung sudah kisaran 4 tahunan. Karena dia, aku kembali. Kembali melakukan kegiatanku dulu. Melihat setiap pembaruan dari sosial mediamu. Mungkin juga kembali membuatmu tak nyaman dengan keberadaanku. Maaf, lagi untuk itu.

    Seiring, seringnya aku melakukan itu. Kupikir dirimu telah menyadari yang telah kulakukan selama ini. Mengawasi. Memperhatikan. Dan pernah suatu ketika kau membuat insta story yang bergaris besar untuk menuntutku melupakanmu dan mencari seseorang yang lebih baik darimu dengan embel-embel mungkin dibelakang, atau berhenti untuk mencintai bunga mawar sepertimu.

Dari: galeri saya sendiri.


- Selesai -    

    Terima kasih kepada "******" (nama disamarkan eaaa :v) yang telah menjadi karakter "-mu" di cerita ini. Untuk "**" (nama disamarkan juga eaaa :v) terima kasih juga telah menjadi karakter "dia".

    Menurut ku cerita ini akan ada kelanjutannya. Tapi saya tidak tahu kapan. Karena alasan satu dan yang lain. Alasan satu karena saya malas eaaa... :v

    Tungguh kisah selajutnya, yang gak tahu kapan itu. :v

    Kelanjutan? Tidak ada.


Thanks For Visit...
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Comments